Saturday, November 15, 2014

Pengalaman Komunikasi Tulisan

                Sebelum saya menceritakan pengalaman komunikasi tulisan saya ada baiknya saya menjabarkan pengertian dari komunikasi tulisan itu sendiri. Komunikasi tulisan adalah komunikasi yang dilakukan dengan perantaraan tulisan tanpa adanya pembicaraaan secara langsung dengan menngunakan bahasa yang singkat, jelas dan dapat dimengerti oleh penerima. Komunikasi tulisan dapat berupa surat- menyurat, sms, e-mail dan lain sebagainya. Seperti hal nya komunikasi lisan, komunikasi tulisan ini juga berpengaruh dalam komunikasi antaran individu-individu, individu-kelompok, atau kelompok-kelompok yang berjauhan tempat. Komunikasi tulisan juga dapat memberikan eisien dan menghemat waktu tanpa perlu membuamg tenaga dan waktu dalam berkomunikasi kepada seseorang yang tempat dan domisilinya berjauhan.

                Pertama kali saya melakukan komunikasi tulisan mungkin waktu saya duduk di bangku SD. Waktu saya study tour dengan sekolah saya. Bentuk komunikasi tulisan yang saya gunakan adalah SMS atau Short Message Service. Saya melakukan SMS menggunakan hp saya untuk memberi kabar kepada orang tua saya.
                Bentuk komunikasi tulisan lain yang pernah saya lakukan adalah mengirim email. Waktu itu saya duduk di bangku SMP. Saya mengirim tugas melalui email ke guru saya. Pertama kali saya bikin email waktu saya kelas 1 SMP. Waktu itu saya membuat email untuk membuat akun facebook yang sedang booming. Di facebook saya bisa chatting dengan teman saya. Chatting adalah salah satu komunikasi tulisan juga. Selain facebook, saya chatting juga menggunakan Windows Live Messenger dan Yahoo! Messenger.

                Kemudian seiring berkembangnya teknologi, saya chatting tidak hanya lewat PC tetapi bisa online lewat handphone. Dari handphone saya masih memiliki OS Symbian yaitu saya memakai Nokia, sampai sekarang yang sudah Android. Sekarang saya chatting lewat BBM, Whatsapp, Line, dan yang lainnya.


                Memang tanpa disadari kita melakukan komunikasi tulisan sudah sejak lama. Dari zamannya memakai surat menyurat, kirim email, sampai chatting. Seiring berkembangnya teknologi, ketertarikkan orang-orang pada komunikasi tulisan juga berubah mengikuti perkembangannya. Sekarang sudah pasti yang paling digemari adalah chatting.

Sunday, November 9, 2014

Konflik Organisasi

BAB I
PENDAHULUAN

I.A.      Latar Belakang

Organisasi adalah suatu tempat di mana banyak orang berkumpul dan saling berinteraksi satu sama lain. Organisasi bisa terbentuk karena adanya kesamaan misi dan visi yang ingin dituju. Setiap anggota yang ada di dalam organisasi, secara langsung ataupun tidak langsung harus yakin dengan apa yang menjadi prinsip di dalam organisasi tersebut. Sehingga untuk mencapai visi dan menjalankan misi yang ditentukankan dapat berjalan dengan baik. Tetapi seiring berjalannya waktu, di dalam organisasi pasti pernah mengalami konflik. Baik konflik internal maupun konflik eksternal antar organisasi atau anggota di dalamnya. Konflik yang terjadi bisa karena permasalahan yang sangat sepele ataupun permasalahan yang benar-benar penting.
Adanya sekelompok orang di dalam organisasi tersebut pasti juga terdapat beberapa pemikiran dan pendirian yang berbeda-beda. Pemikiran dan pendirian yang berbeda itu pada akhirnya akan menghasilkan perbedaan individu yang dapat memicu timbulnya konflik. Konflik tidak muncul seketika dan langsung menjadi besar. Konflik itu berkembang secara bertahap. Jadi, jika konflik sudah teridentifikasi sejak awal, dicarikan langkah penyelesaian yang lebih dini, maka relatif lebih mudah dalam penanganan konflik. Kebijakan-kebijakan dan cara anggota berkomunikasi yang diterapkan pada suatu organisasi sangat mempengaruhi keberlangsungan sebuah organisasi dalam mempertahankan anggota dan segenap unsurnya.
Konflik dalam organisasi sering dilihat sebagai sesuatu yang negatif. Oleh sebab itu, penanganan yang dilakukan pun diarahkan kepada pernyelesaian konflik. Sebuah realita bahwa konflik merupakan sesuatu yang sulit dihindari karena berkaitan erat dengan proses interaksi manusia. Karenanya, yang dibutuhkan bukan meredam konflik, tapi bagaimana menanganinya sehingga bisa membawa dampak yang tidak negatif bagi organisasi. Akan tetapi tidak semua konflik merugikan, asalkan konflik tersebut ditata dengan baik maka dapat menguntungkan organisasi. Dan semua anggota bisa menjadikan konflik dalam organisasi sebagai sebuah pembelajaran dan bagian pertimbangan atas banyaknya pemikiran-pemikiran yang berbeda pada setiap anggota organisasi.
 




I.B.      Maksud dan Tujuan

Pola pikir setiap manusia bisa dituangkan dalam sebuah tulisan, dimana tulisan tersebut bisa mewakili apa yang ingin disampaikan. Maksudnya adalah untuk membagikan informasi kepada pembaca tentang uraian konflik dalam organisasi. Agar ke depannya kita sebagai anggota dari organisasi manapun, khususnya pembaca lebih memahami mengenai konflik tersebut, dan juga mengakibatkan pembaca bisa menjadi lebih bertoleran dengan sifat setiap individu dalam berkelompok. Tujuan terpenting dari penulisan makalah ini ialah sebagai salah satu alternatif solusi konflik dalam organisasi yang menyeluruh. Disisi lain agar pembaca dapat memaknai konflik yang biasa terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
            Penulisan ini diharapkan dapat menjadi saran atau pesan yang bisa diambil manfaatnya dalam menghadapi sebuah konflik dalam organisasi sehingga organisasi yang ada dapat tetap hidup dengan jati dirinya untuk mencapai tujuan. Sebagai mahasiswa dan pembaca yang baik, semoga dapat membaca dan memahami tulisan ini. Hal tersebut juga merupakan bentuk partisipasi untuk bertoleran dan menerima kekurangan sifat yang berada satu lingkup bersama. Khususnya makalah ini baik dikonsumsi para kawula muda-mudi untuk menyelesaikan permasalahan di dalam organisasi. Yang berakibat menebalnya mental kita untuk ikut dalam memahami setiap manusia dengan segala keterbatasaanya.

I.C.      Ruang Lingkup

Banyak sekali bahasan mengenai konflik dalam organisasi. Namun tentunya tidak semua lingkup akan dibahas dalam makalah ini. Ada beberapa sub bab yang akan dijabarkan sebagai salah satu topik konflik dalam organisasi, antara lain adalah:
1. Apa itu konflik?
2. Apa jenis dan sumber konflik?
3. Bagaimana strategi penyelesaian konflik?
4. Apa saja teori motivasi?



BAB II
PEMBAHASAN

II.A.    Konflik

Konflik berasal dari kata kerja  configere yang artinya saling memukul. Dilihat dari sisi sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya. Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu. Hal itu lalu menimbulkan perbedaan yang menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya. Karena ciri-ciri individu dibawa dalam hal interaksi sosial, konflik merupakan hal yang wajar. Dalam kehidupan sehari-hari tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri.
            Selanjutnya, setiap konflik dalam organisasi konflik selalu diasosiasikan dengan antara lain, oposisi (lawan), kelangkaan, dan blokade. Di asumsikan pula bahwa ada dua pihak atau lebih yang tujuan atau kepentingannya tidak saling menunjang. Kita semua mengetahui pula bahwa sumber daya dana, daya reputasi, kekuasaan, dan lain-lain, dalam kehidupan dan dalam organisasi tersedianya terbatas. Setiap orang, setiap kelompok atau setiap unit dalam organisasi akan berusaha memperoleh sumber daya tersebut secukupnya dan kelangkaan tersebut akan mendorong perilaku yang bersifat menghalangi oleh setiap pihak yang punya kepentingan yang sama. Pihak-pihak tersebut kemudian bertindak sebagai oposisi terhadap satu sama lain. Bila ini terjadi, maka status dari situasi dapat disebut berada dalam kondisi konflik.
            Konflik tidak terkait dengan bagus atau jelek, konflik hanyalah fakta kehidupan. Yang pentong adalah bagaimana kita mengelola konflik. Tanpa pertentangan opini, tidak aka nada dorongan menuju perubahan, tidak ada kemajuan, tidak ada gerak maju. Mengelola konflik disuatu organisasi adalah keterampilan esensil.
            Konflik tidak selalu dimanifestasikan dalam perselisihan terbuka, teriakan atau tanda-tanda lain yang mudah kelihatan. Instuisi tanda akan memberi tahu anda jika sesuatu tidak beres. Prnahkan anda melihat seseorang memasuki ruangan dimana suatu insiden baru saja tejadidan  orang tersebut menggunakan jari-jarinya seperti gunting untuk mengisyaratkan bahwa suasananya begitu kental sehingga secara harfiah harus di potong.


II.B.    Jenis dan Sumber Konflik

Jenis Konflik
  1. Konflik antara atau dalam (intrapribadi), misalnya antara peranan-peranan dalam keluarga atau profesi (konflik peran (role)).
Misalnya saat seseorang menerima perintah yang berbeda dari dua atasannya. Atasan yang satu menyatakan harus menjaga jarak antar karyawan supaya kinerja tidak terganggu, sementara atasan yang lain meminta agar semua karyawan mengutamakan kerja tim, sehingga ia kesulitan menjalankan perannya.
  1. Konflik antara kelompok-kelompok sosial (antar keluarga, antar gank).
Misalnya tawuran yang terjadi antar sma 6 dan 70.
  1. Konflik kelompok terorganisir dan tidak terorganisir (polisi melawan massa).
Misalnya segerombolan pendemo di depan gedung dpr yang mengakibatkan timbulnya tawuran antar polisi yang bertugas keamanan di sana.
  1. Konflik antar satuan nasional (kampanye, perang saudara).
  2. Konflik antar atau tidak antar agama.
Misalnya kita sering mendengar perbedaan pendapat antar kelompok islam fpi dan muhammadiyah.
  1. Konflik antar politik.
Kubu anas dan kubu sby.

Sumber Konflik
  1. Faktor komunikasi
Misalnya pegawai lini memiliki wewenang dalam proses pengambilan keputusan sementara staff lebih pada memberikan rekomendasi atau saran. Sering pegawai lini merasa lebih penting, sementara staff merasa lebih ahli. Ujung-ujungnya miss understanding di kalangan pelaku organisasi karena informasi yang diterima kurang jelas atau bertentangan dengan tujuan yang sebenarnya.
  1. Faktor struktur tugas maupun struktur organisasi
Misalnya dalam hubungan kerja, bagian pemasaran ingin agar produknya cepat laku. Kalau perlu dijual murah dan dengan cara kredit. Sebaliknya, bagian keuangan menghendaki pembayaran harus tunai agar posisi keuangan perusahaan tetap stabil.
  1. Faktor yang bersifat personal
Misalnya di waktu yang sama, seseorang harus membuat pilihan menerima promosi jabatan yang sudah lama didambakan atau pindah tempat tugas ke tempat lain dengan iming-iming gaji yang besar.
  1. Faktor lingkungan
Misalnya seseorang yang harus menjual produk dengan harga tinggi, padahal dia sadar bahwa calon konsumennya membutuhkan keuangan untuk ongkos sekolahnya.

II.C.    Strategi Penyelesaian Konflik
  1. Kompetisi
Penyelesaian konflik yang menggambarkan satu pihak mengalahkan atau mengorbankan yang lain. Penyelesaian bentuk kompetisi dikenal dengan istilah win-lose orientation.
  1. Akomodasi
Penyelesaian konflik yang menggambarkan kompetisi bayangan cermin yang memberikan keseluruhannya penyelesaian pada pihak lain tanpa ada usaha memperjuangkan tujuannya sendiri. Proses tersebut adalah taktik perdamaian.
  1. Sharing
Suatu pendekatan penyelesaian kompromi antara dominasi kelompok dan kelompok lain untuk berdamai. Satu pihak memberi dan yang lain menerima sesuatu. Kedua kelompok berpikiran positif, dengan alasan yang tidak lengkap, tetapi memuaskan.
  1. Kolaborasi
Bentuk usaha penyelesaian konflik yang memuaskan kedua belah pihak. Usaha ini adalah pendekatan pemecahan problem (problem-solving approach) yang memerlukan integrasi dari kedua pihak.
  1. Penghindaran
Menyangkut ketidakpedulian dari kedua kelompok. Keadaaan ini menggambarkan penarikan kepentingan atau mengacuhkan kepentingan kelompok lain.

Terdapat juga cara bersikap untuk penyelesaian konflik:
1.    Bersikap proaktif
Setiap   anggota   tim  harus  turut  aktif dalam menyelesaian konflik secara proaktif.
2.    Komunikasi
Komunikasi yang lancar dapat menghindari  diri dari kesalahpahaman sehingga lebih mudah dalam menyelesaikan konflik yang timbul.
3.        Keterbukaan
Setiap  anggota  harus  terbuka supaya konflik tidak berlarut-larut dan dapat diselesaikan dengan baik. Dengan keterbukaan konflik yang terjadi dapat ditangani sehingga menjadi konflik yang fungsional.
 II.D.    Teori Motivasi
Motivasi adalah proses yang menjelaskan, arah, dan ketekunan seorang individu untuk mencapai tujuannya. Tiga elemen utama dalam definisi ini adalah intensitas, arah, dan ketekunan. Dalam hubungan antara motivasi dan intensitas, intensitas terkait dengan seberapa giat seseorang berusaha, tetapi intensitas tinggi tidak menghasilkan prestasi kerja yang memuaskan kecuali upaya tersebut dikaitkan dengan arah yang menguntungkan. Sebaliknya elemen yang terakhir, ketekunan, merupakan ukuran mengenai berapa lama seseorang dapat mempertahankan usahanya. Semua konlik adalah masalah, tetapi tidak semua masalah itu konflik. Sering kali kita berusaha menemukan solusi ketika kita belum memenuhi sesungguhnya penyebab permasalahan. Ini krena konflik didasari dari adanya emosi. Tidak ada satu jawaban pun yang mudah, dan kita perlu mendekati masalahnya, dengan pendekatkan type pemikiran yang lateral dan lebih kreatif.
            Memotivasi diri sendiri untuk mampu menjadikan sebuah masalah selesai adalah hal yang terpenting, salah satu contoh adalah yakin dan berfikir positive untuk bisa memecahkan suatu masalah di lingkungan organisasi guna menghindari perpecahan atau konklik yang semakin meluas. Adapun cara-cara yang digunakan untuk membuat suatu konflik datap tenang, yaitu :
1.    Brainstorming solusi
2.    Mengefakuasi akternatif suatu konflik
3.    Merancang pilihan
4.    Mengimplementasikan solusi
5.    Mencari umpan balik dan memantau hasil-hasil
Contoh tersebut adalah sebagian kecil dari suatu cara dalam memotivasi individu atau kelompok dalam memecahkan suatu masalah yang sedang membelit. Suatu masalah atau konlik tidak akan selesai jika semua anggota kelompok tidak dapat meng-singkronkan pikiran dan visi misi untuk mencapai kesejahteraan dalam sebuah tujuan organisasinya. Maka itu diperlukan juag sebuah mediasi guna mencapai kesejahteraan tersebut.
BAB III
PENUTUP

III.A.   Kesimpulan

Organisasi adalah suatu tempat di mana banyak orang berkumpul dan saling berinteraksi satu sama lain. Tetapi seiring berjalannya waktu, di dalam organisasi pasti pernah mengalami konflik. Konflik tidak muncul seketika dan langsung menjadi besar. Konflik itu berkembang secara bertahap.  Yang dibutuhkan bukan meredam konflik, tapi bagaimana menanganinya sehingga bisa membawa dampak yang tidak negatif bagi organisasi. Dan semua anggota bisa menjadikan konflik dalam organisasi sebagai sebuah pembelajaran dan bagian pertimbangan atas banyaknya pemikiran-pemikiran yang berbeda pada setiap anggota organisasi. Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu. Hal itu lalu menimbulkan perbedaan yang menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya.
Dari pembahasan yang telah disampaikan, maka dapat disimpulkan bahwa kehadiran konflik dalam suatu organisasi tidak dapat dihindarkan tetapi hanya dapat diminimalisir. Konflik dalam organisasi dapat terjadi antara individu dengan individu, baik individu pimpinan maupun individu karyawan, konflik individu dengan kelompok maupun konflik antara kelompok tertentu dengan kelompok yang lain. Tidak semua konflik merugikan organisasi. Konflik yang ditata dan dikendalikan dengan baik dapat berujung pada keuntungan organisasi sebagai suatu kesatuan, sebaliknya apabila konflik tidak ditangani dapat merugikan kepentingan organisasi. Yang terpenting adalah mengembangkan pengetahuan yang cukup dan sikap yang positif terhadap konflik, karena peran konflik yang tidak selalu negatif terhadap organisasi. Dengan pengembalian yang cukup senang, pimpinan dapat cepat mengenal, mengidentifikasi dan mengukur besarnya konflik serta akibatnya dengan sikap positif dan kemampuan kepemimpinannya, seorang pimpinan akan dapat mengendalikan konflik yang akan selalu ada, dan bila mungkin menggunakannya untuk keterbukaan organisasi dan anggota organisasi yang dipimpinnya. Tentu manfaatnya pun dapat dirasakan oleh dirinya sendiri. Penyeselaian dari konflik adalah dengan cara menimbulkan sikap dalam diri masing-masing, yaitu rasa saling menghormati, menghargai dan rasa toleransi yang bisa  menghindarkan kita dari permasalahan yang menyebabkan terjadinya suatu konflik.




III.B.   Saran

  1. Menanggapi konflik dengan kepala dingin, jangan emosi agar konflik dapat di selesaikan dengan baik.
  2. Meminimalisir ego pada sifat alami diri sendiri saat sedang ada dalam kelompok.
  3. Mengutamakan kepentingan bersama, jika mempunyai pendapat sosialisasikan bersama anggota kelompok yang lain.
  4. Motivasi rekan atau bawahan dengan apresiasi secara benar karena dukungan sangat penting dalam menyelesaikan masalah.
  5. Menghargai setiap pendapat yang disampaikan atau yang diutarakan.
  6. Selalu berfikir positif setiap ada masukan pendapat.
  7. Menyelesaikan setiap masalah yang timbul sampai tuntas.
  8. Menghindari konflik dengan berkomunikasi baik sesama anggota.
  9. Memanfaatkan setiap ide atau pendapat yang masuk.
  10. Keterbukaan pada setiap anggota kelompok harus ada agar dapat menyelesaikan konflik dengan baik dan tidak berlarut-larut.




Laacey, Hoda. (2003). How To Resolve Conlict In The Workplace. Jakarta : Gramedia

Komunikasi Tulisan

BAB I
PENDAHULUAN

I.A.      Latar Belakang
Komunikasi tulisan adalah komunikasi yang dilakukan dengan perantaraan tulisan tanpa adanya pembicaraaan secara langsung dengan menngunakan bahasa yang singkat, jelas dan dapat dimengerti oleh penerima. Komunikasi tulisan dapat berupa surat- menyurat, sms, e-mail dan lain sebagainya.
Seperti hal nya komunikasi lisan, komunikasi tulisan ini juga berpengaruh dalam komunikasi antaran individu-individu, individu-kelompok, atau kelompok-kelompok yang berjauhan tempat. Komunikasi tulisan juga dapat memberikan eisien dan menghemat waktu tanpa perlu membuamg tenaga dan waktu dalam berkomunikasi kepada seseorang yang tempat dan domisilinya berjauhan.

I.B.      Maksud dan Tujuan
Maksud dari penulisan ini adalah untuk membagikan informasi kepada pembaca tentang uraian Komunikasi tulisan. Agar ke depannya kita sebagai anggota dari organisasi manapun, khususnya pembaca lebih memahami mengenai Komunikasi tulisan tersebut. Tujuan terpenting dari penulisan makalah ini ialah sebagai salah satu alternatif untuk lebih mendalami lagi arti dari sebuah komunikasi tulisan yang menyeluruh. Disisi lain agar pembaca dapat memaknai komunikasi yang biasa terjadi dalam kehidupan sehari-hari.

I.C.      Ruang Lingkup
Banyak sekali bahasan mengenai komunikasi tulisan. Namun tentunya tidak semua lingkup akan dibahas dalam makalah ini. Ada beberapa sub bab yang akan dijabarkan sebagai salah satu topik komunikasi tulisan, antara lain adalah:
1.    Apa itu komunikasi tulisan?
2.    Kelebihan dan kekurangan dari komunikasi tulisan?



BAB II
Pembahasan

II.A. Pengertian Komunikasi Tulisan
Komunikasi tertulis adalah membaca dan menulis. Kedua ragam komunikasi tertulis ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain, saling terkait erat. Seseorang membaca (sebut:pembaca) suatu teks (menerima dan memahami pesan tertulis) karena ada yang menulis. Sebaliknya, seseorang menulis (sebut:penulis) karena ingin menyampaikan ide, informasi, atau perasaannya kepada orang lain. Tulisannya itu berisi pesan yang akan dibaca baik oleh orang lain ataupun dirinya sendiri, seperti
buku harian.
Jika menulis merupakan proses penyampaian pesan secara tertulis maka membaca merupakan proses penerimaan pesan yang disampaikan secara tertulis oleh orang lain. Pemahaman atas makna pesan itu tidak hanya berasal dari apa yang tertulis dalam teks atau karangan itu saja, tetapi juga dari pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki pembaca. Dengan demikian, didalam proses membaca terjadi interaksi antara pembaca dengan teks atau karangan itu sendiri. Pemahaman yang dihasilkan dari interaksi tersebut dapat dikelompokkan atas tiga hal, yaitu :
Pemahaman literal, yaitu pemahaman terhadap hal-hal yang secara jelas atau eksplisit tersaji dalam teks. Pemahaman ini mempersyaratkan pengetahuan yang baik dari pembaca mengenai unsur-unsur bahasa serta makna yang dibawanya. Hal ini merupakan kemampuan awal yang harus dimiliki pembaca.
Pemahaman inferensial, yaitu pemahaman tentang apa yang tersirat dalam teks berupa maksud dan gagasan atau ide penulis. Untuk memperoleh jenis pemahaman ini pembaca dapat menggunakan pengetahuan yang dimilikinya.
Pemahaman kritis, yaitu pemahaman yang berasal dari membandingkan apa yang tersaji di dalam karangan dengan apa yang terjadi di luar itu. Untuk menguji kebenarannya, pembaca mungkin mengaitkannya dengan pa yang telah diketahuinya atau dia mencari informasi lain.
Atas dasar itu, semakin tahu kita tentang topik karangan, corak atau bentuk wacana, unsur dan cara berbahasa, serta strategi membaca, semakin efisien kita membaca. Inilah salah satu hal yang harus Anda latihkan kepada siswa untuk mempertinggi daya bacanya. Selain itu, hal lain yang dapat Anda perbuat untuk keperluan tersebut adalah melatih siswa agar dapat memiliki daya pemahaman bacaan yang baik. Jenis-jenis pemahaman di atas menyiratkan bahwa pertanyaan untuk mengukur daya pemahaman bacaan siswa handaknya menggambarkan pemahamanliteral, inferensial, dan kritis siswa
Dalam komunikasi tulisan kita mempunyai cukup waktu untuk merumuskan dan merancang pesan yang disampaikan. Pengertian komunikasi tulisan adalah :
Komunikasi tulisan adalah suatu proses penyampaian pesan komunikasi dengan menggunakan kata-kata dalam bentuk tulisan.

Komunikasi tertulis dilakukan baik antara individu dan bagian dalam struktur organisasi peusahaan maupun dengan pihak ketiga. Menurut Bovee dan Thill (1989) dalam penyampaian pesan secara tertulis, mempunyai keuntungan yang sangat besar yaitu :
a)    Adanya peluang untuk mengontrol pesan.
b)    Isi pesan yang disampaikan dapat memuat informasi yang sangat kompleks dan    memerlukan uraian sangat detail.
c)    Pesan yang disampaikan dapat didokumentasikan, sehingga dapat dimanfaatkan untuk rujukan pada masa mendatang.
d)    Pesan dapat disebabkan secara luas, ketika khalayak yang ingin dijangkau sangat besar dan terpisah secara geografis.

Komunikasi tertulis dapat dipilih bilamana :
1.    Pesan atau subjek yang ingin disampaikan cukup banyak dan komplek; perlu penjelasan panjang lebar suatu teknis; perlu visualisasi pesan dalam bentuk angka-angka, grafik, gambar, data statistik.
2.    Penerima pesan terpisah jarak jauh dengan pemberi pesan.
3.    Memerlukan laporan, data atau dokumen tertulis untuk arsip.
4.    Tidak dibutuhkan tanggapan cepat dari penerima pesan.
Menulis bisa jadi merupakan kegiatan yang sangat dekat dengan pekerjaan kita sehari-hari. Mulai dari urusan bisnis, pemerintahan, seni sastra sampai dunia akademik tak pernah lepas dari kegiatan tulis-menulis. Menulis menjadi keterampilan penting yang berguna dalam kegiatan sehari-hari.
Menulis dapat pula dianggap sebagai salah satu cara berkomunikasi. Misalnya, seorang sekretaris berkomunikasi dalam bentuk notulen, surat atau laporan hasil analisa. Penulis buku menyebarkan gagasan-gagasannya melalui buku-buku yang dia tulis. Seniman atau sastrawan menyampaikan pesan moral dan nilai kehidupan melalui puisi, novel maupun naskah drama. Bahkan kita menceritakan perasaan kita kepada diri kita sendiri dengan menuliskannya di buku harian.
Namun sebagai salah satu cara menyampaikan pesan, komunikasi tertulis memiliki keunikan tersendiri. Seperti dikatakan sebelumnya, komunikasi tertulis merupakan suatu keterampilan yang tentunya membutuhkan ketekunan dan latihan untuk menguasainya. Tak seperti halnya komunikasi lisan yang hampir setiap orang dapat menggunakan. Tentunya karena komunikasi lisan diajarkan sejak manusia dilahirkan.
Tulisan berikut mencoba memberikan gambaran mengenai tradisi komunikasi dalam bentuk tulisan. Selanjutnya akan dipaparkan pula kelebihan dan kekurangan dari penggunaan tulisan dalam proses komunikasi.
Awalnya, budaya tulis hanya digunakan oleh kalangan penguasa, pemimpin agama dan cendekia. Isi tulisan mereka pun berupa undang-undang, ajaran suci atau sesuatu yang dianggap memiliki nilai kemuliaan dalam masyarakat. Tidak sembarang pesan atau gagasan bisa dituangkan melalui tulisan (Suseno, 1997:17). Hal ini terjadi karena pada masa itu tidak setiap orang memiliki keterampilan menulis di samping budaya lisan yang masih dominan dalam masyarakat.
Adalah bangsa-bangsa Sumeria, Babil, Asiria dan lain-lain di Timur Tengah yang diyakini sebagai pengguna tulisan paling awal yakni sekitar 3000 SM. Mereka menuliskan undang-undang serta maklumat raja yang harus dipatuhi oleh rakyat di lempengan batu. Selanjutnya, sekitar tahun 300 SM bangsa Romawi mulai menggunakan lembaran kulit binatang untuk mencatat perniagaan mereka (mungkin inilah cikal bakal dari ilmu akuntansi). Sedangkan di Cina, tulisan digunakan untuk menyebarkan ajaran dan kepercayaan dalam masyarakat. Pun tak jauh beda dengan apa yang dilakukan para filsuf Yunani. Sebagian besar dari mereka menggunakan lempengan batu, kulit binatang maupun daun papyrus untuk menulis.
II.B. Kelebihan komunikasi tulis
Secara historis, komunikasi tertulis memiliki arti penting bagi sejarah peradaban manusia. Tulisan merupakan titik awal sejarah manusia. Dengan kata lain, manusia dapat dikatakan memasuki zaman sejarah ketika mereka telah mengenal tulisan. Selain itu, komunikasi tertulis memiliki fungsi dokumentasi dan transformasi budaya.
Dibandingkan dengan komunikasi lisan, komunikasi tertulis memiliki beberapa kelebihan. Pertama, komunikasi tertulis lebih tahan lama. Artinya, komunikasi tertulis memiliki bentuk fisik baik berupa kertas, kulit binatang maupun prasasti batu. Sedangkan komunikasi lisan tidak memiliki bentuk fisik. Kita tidak tahu kemana perginya kata atau kalimat setelah diucapkan.
Sebagaimana disebutkan sebelumnya, bahwa komunikasi tertulis memiliki fungsi dokumentasi. Sehingga pesan atau informasi yang terkandung di dalamnya bisa tersampaikan meski pemberi pesan sendiri sudah meninggal. Sebagai contoh, pemikiran-pemikiran Plato, Aristoteles dan filsuf lainnya hingga kini masih bisa kita terima karena mereka memahatkan ajaran mereka pada lempengan-lempengan batu. Meski jasad Karl Marx, Darwin, Max Weber sudah hancur dalam tanah, kita dan generasi sesudah kita masih bisa menerima informasi tentang pemikiran mereka selama perpustakaan menyimpan buku-buku karya mereka. Bukti lain yang tak kalah penting adalah bahwa kita masih bisa meneruskan tradisi dan ajaran agama karena adanya kitab-kitab suci. Semua agama besar di dunia pasti memiliki kitab suci. Di sini kita bisa melihat bahwa kitab suci agama merupakan sarana komunikasi tertulis yang memuat seperangkat aturan, cerita masa lalu, ancaman, kabar gembira tentang masa depan yang semuanya bertujuan melestarikan dan mempertahankan tradisi (Suseno, 1997:17).
Kedua, komunikasi tertulis berlangsung secara massive dan dinamis. Berkat jasa Gutenberg, informasi dapat diproduksi secara massal dengan biaya yang lebih murah. Sehingga informasi dapat tersebar dengan cepat dan mudah. Suseno (1997:27) menyebutkan bahwa keberhasilan Reformasi Gereja Martin Luther di Jerman salah satunya dengan menggunakan sarana pencetakan. Mereka melemparkan gagasan dan argumen melalui selebaran yang mereka sebar. Dikatakan pula bahwa jika sebelumnya pikiran orang hanya dapat dipengaruhi melalui orasi (yang terbatas pada beberapa ratus orang dan diucapkan sekali saja serta dengan mudah dikontrol), kini pikiran orang dapat dipengaruhi melalui leaflet, buku dan media cetak lain yang dapat dibaca dan didiskusikan berulang-ulang dengan angota masyarakat lain.
Ketiga, komunikasi tertulis relatif lebih terstruktur dan terencana. Sebagai sebuah tindakan strategis (Littlejohn, 2002:13), komunikasi lebih bisa direncanakan dan disusun ketika disampaikan melalui media tulisan. Komunikator dapat menyusun pesan, menggunakan kata-kata pilihan, memilih topik tertentu dan memperkirakan respon dari audience. Sehingga proses komunikasi bisa dievaluasi dan dikembangkan.
Keempat, ketika kita tidak memahami sesuatu hal dari apa yang kita baca atau kita menemui kata asing, kita bisa mengulangi beberapa paragraf sebelumnya, menggunakan kamus atau bertanya kepada seseorang untuk memahaminya. Berbeda dengan komunikasi lisan yang berlangsung hanya sekali, kita tentu tak bisa serta merta meminta pembicara untuk mengulangi kalimat yang tidak kita pahami.
II.C. Kelemahan komunikasi tertulis
Sebagai bagian dari komunikasi verbal, komunikasi tertulis tak bisa lepas dari penggunaan bahasa sebagai sarana bertukar makna. Oleh karena itu, kelemahan unsur kebahasaan dalam proses komunikasi tentunya menjadi kelemahan dari komunikasi tertulis.
Meski bahasa merupakan unsur yang sering kita gunakan dalam komunikasi sehari-hari, bahasa memiliki sejumlah keterbatasan. Menguraikan keterbatasan bahasa sebagai sarana komunikasi. Pertama, keterbatasan jumlah kata yang tersedia untuk mewakili objek atau perasaan. Tidak semua benda, peristiwa, perasaan dapat diwakili oleh kata yang berbeda. Suatu kata hanya mewakili realitas, tetapi bukan merupakan realitas itu sendiri. Kata hanya bisa mewakili sebagian dari realitas, bukan keseluruhan realitas. Keterbatasan bahasa dalam mewakili realitas tampak pada penggunaan kata sifat. Kata sifat cenderung dikotomis, maksudnya membagi sesuatu hanya dalam dua kategori, semisal kaya-miskin, bahagia-sengsara, pandai-bodoh, baik-buruk dan lain sebagainya. Namun perlu disadari bahwa realitas sesungguhnya tidaklah sekaku itu. Kita tidak bisa memvonis bahwa kalau tidak hitam berarti putih atau sebaliknya. Antara warna hitam dan putih terdapat puluhan bahkan ratusan warna abu-abu yang pasti beda. Seringkali agar kata yang kita ungkapkan lebih tepat, kita menggunakan tambahan ‘agak’ atau ‘sangat’.
Untuk mengukur makna yang lebih akurat, Charles E. Osgood, George Suci dan Percy Tannenbaum merancang suatu instrumen yang disebut Semantic Differential. Mereka mengukur makna suatu konsep dalam skala 1 sampai 7. dalam hal ini 1 menunjukkan kecenderungan negative sedang angka 7 menunjukkan kecenderungan positif (Mulyana,2002:246).
Kedua, kata bersifat ambigu dan kontekstual. Setiap kata (meskipun sama) berpotensi untuk dimaknai secara berbeda oleh orang yang berbeda. Perbedaan makna tersebut dipengaruhi oleh latar belakang tiap orang yang tentunya berbeda. Pemaknaan kata juga perlu memperhatikan konteks kalimatnya.
Disamping kelemahan-kelemahan bahasa dalam komunikasi tertulis tersebut, Beebe and Beebe (1997:257) menyebutkan kelemahan dari komunikasi tertulis adalah hubungan antarpartisipan komunikasi berjarak. Komunikator tidak bisa merinteraksi dengan audien secara langsung, melihat perubahan sikap yang terjadi atau merespon sikap audien. Sehingga feedback dalam proses komunikasi tersebut bersifat tidak langsung dan tertunda (no immediate interaction). Sedang dalam komunikasi lisan, hubungan pembicara dengan audien berlangsung akrab, hangat dan lebih personal.
Komunikasi tertulis bersifat lebih formal daripada komunikasi lisan. Dalam komunikasi tertulis kita terikat dengan konsep atau aturan ejaan tertentu untuk memenuhi syarat sebagai komunikasi tertulis yang baik. Kita harus memperhatikan struktur kalimat yang njelimet agar bisa dipahami oleh pembaca. Sedangkan dalam komunikasi lisan pembicara bisa memakai kalimat-kalimat pendek tanpa harus mematuhi aturan kalimat yang baik dengan alasan efisien.
Akhirnya, media apapun yang kita gunakan berkomunikasi tidaklah menjadi pokok persoalan. Toh tersedia banyak banyak cara, saluran yang bisa kita pakai untuk berkomunikasi. Kita pun bisa mengkombinasikan berbagai cara untuk mencapai tujuan kita berkomunikasi.
Namun setidaknya, dengan mengetahui kelebihan dan kelemahan dari komunikasi tertulis kita tergerak untuk mengasah keterampilan kita dalam menggunakan pena sebagai senjata yang katanya lebih tajam dari pedang. Selamat menulis.






BAB III
PENUTUP

III.A. KESIMPULAN
Komunikasi dirumuskan sebagai suatu proses penyampaian pesan atau berita ke beberapa orang. Dikarenakan komunikasi melibatkan seorang pengirim dan menerima pesan yang mungkin juga memberikan umpan balikuntuk menyatakan bahwa pesan telah diterima.
Komunikasi sangat penting dalam kehidupan manusia karena manusia adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain. Dalam berkomunikasi seseorang harus memiliki dasar yang akan menjadi patokan seseorang tersebut dalam berkomunikasi. Dalam proses komunikasi kita juga harus ingat bahwa terdapat banyak hambatan-hambatan dalam berkomunikasi.
Tujuan komunikasi adalah berhubungan dan mengajak dengan orang lain untuk mengerti apa yang kita sampaikan dalam mencapai tujuan. Keterampilan berkomunikasi diperlukan dalam bekerja sama dengan orang lain. Ada dua jenis komunikasi, yaitu verbal dan non verbal, komunikasi verbal atau tertulis dan komunikasi non verbal atau bahasa(gerak) tubuh.Komunikasi dua arah terjadi bila pengiriman pesan dilakukan dan mendapatkan umpan




Beebe, Steven A. dan Susan J. Beebe. 1997. Public Speaking: An Audience-centered Approach. USA: Allyn And Bacon.
http://all-about-theory.blogspot.com/2010/10/pengertian-komunikasi-tulisan.html


Sunday, October 12, 2014

Pengalaman Organisasi di Lingkungan Rumah

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Seperti yang sudah saya ceritakan di post sebelumnya organisasi-organisasi apa saja yang pernag saya ikuti. Ceritanya tidak akan jauh berbeda karena memang kebannyakan organisasi yang saya ikuti ada di lingkungan sekitar rumah.

Di lingkungan rumah saya mengikuti organisasi remaja masjid dari saya kelas 3 SMP. Di organisasi itu pada awal saya bergabung saya masih menjadi anggota biasa. Lalu pada saya kelas 2 SMA saya terpilih menjadi ketua remaja masjid tersebut. Oiya, nama organisasi nya adalah Remaja Islam Masjid Al-Muhajirin atau disingkat RISMA.

Kegiatan-kegiatan yang pernah diadakan oleh RISMA adalah pesantren ramadhan yang diadakan rutin setiap bulan ramadhan. Waktu itu juga pernah mengadakan donor darah yang didukung oleh Palang Merah Indonesia (PMI). Juga ada pengajian rutin setiap malam sabtu. Setiap Idul Fitri remaja masjid juga membantu dalam persiapan Idul Fitri. Seperti membuat shaf untuk shalat Ied, dan lain-lain. Kalau pada setiap menjelang Idul Adha, remaja masjid menjaga kambing-kambing dan sapi-sapi yang sudah disediakan oleh masjid, melayani orang yang akan membeli hewan qurban. Juga pada saat hari Idul Adha para remaja ikut membantu bapak-bapak menyembelih hewan qurban. Tidak hanya menyembelih, tetapi dalam pencacahan, pembagian jatah hewan qurban kepada yang berhak juga dilakukan oleh remaja masjid. 

                Tetapi yang disayangkan adalah RISMA sudah tidak ada lagi. Secara resmi nama RISMA sudah tidak ada. Tetapi anak-anak remaja di lingkungan sekitar masjid masih membantu dalam kegiatan-kegiatan yang diadakan Masjid Al-Muhajirin. Hanya bedanya tidak membawa nama RISMA.

                Mohon maaf jika saya hanya menceritakan sedikit pengalaman organisasi saya, karena memang hanya itu saja yang pernah saya ikuti hehehe.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.