Sunday, November 9, 2014

Konflik Organisasi

BAB I
PENDAHULUAN

I.A.      Latar Belakang

Organisasi adalah suatu tempat di mana banyak orang berkumpul dan saling berinteraksi satu sama lain. Organisasi bisa terbentuk karena adanya kesamaan misi dan visi yang ingin dituju. Setiap anggota yang ada di dalam organisasi, secara langsung ataupun tidak langsung harus yakin dengan apa yang menjadi prinsip di dalam organisasi tersebut. Sehingga untuk mencapai visi dan menjalankan misi yang ditentukankan dapat berjalan dengan baik. Tetapi seiring berjalannya waktu, di dalam organisasi pasti pernah mengalami konflik. Baik konflik internal maupun konflik eksternal antar organisasi atau anggota di dalamnya. Konflik yang terjadi bisa karena permasalahan yang sangat sepele ataupun permasalahan yang benar-benar penting.
Adanya sekelompok orang di dalam organisasi tersebut pasti juga terdapat beberapa pemikiran dan pendirian yang berbeda-beda. Pemikiran dan pendirian yang berbeda itu pada akhirnya akan menghasilkan perbedaan individu yang dapat memicu timbulnya konflik. Konflik tidak muncul seketika dan langsung menjadi besar. Konflik itu berkembang secara bertahap. Jadi, jika konflik sudah teridentifikasi sejak awal, dicarikan langkah penyelesaian yang lebih dini, maka relatif lebih mudah dalam penanganan konflik. Kebijakan-kebijakan dan cara anggota berkomunikasi yang diterapkan pada suatu organisasi sangat mempengaruhi keberlangsungan sebuah organisasi dalam mempertahankan anggota dan segenap unsurnya.
Konflik dalam organisasi sering dilihat sebagai sesuatu yang negatif. Oleh sebab itu, penanganan yang dilakukan pun diarahkan kepada pernyelesaian konflik. Sebuah realita bahwa konflik merupakan sesuatu yang sulit dihindari karena berkaitan erat dengan proses interaksi manusia. Karenanya, yang dibutuhkan bukan meredam konflik, tapi bagaimana menanganinya sehingga bisa membawa dampak yang tidak negatif bagi organisasi. Akan tetapi tidak semua konflik merugikan, asalkan konflik tersebut ditata dengan baik maka dapat menguntungkan organisasi. Dan semua anggota bisa menjadikan konflik dalam organisasi sebagai sebuah pembelajaran dan bagian pertimbangan atas banyaknya pemikiran-pemikiran yang berbeda pada setiap anggota organisasi.
 




I.B.      Maksud dan Tujuan

Pola pikir setiap manusia bisa dituangkan dalam sebuah tulisan, dimana tulisan tersebut bisa mewakili apa yang ingin disampaikan. Maksudnya adalah untuk membagikan informasi kepada pembaca tentang uraian konflik dalam organisasi. Agar ke depannya kita sebagai anggota dari organisasi manapun, khususnya pembaca lebih memahami mengenai konflik tersebut, dan juga mengakibatkan pembaca bisa menjadi lebih bertoleran dengan sifat setiap individu dalam berkelompok. Tujuan terpenting dari penulisan makalah ini ialah sebagai salah satu alternatif solusi konflik dalam organisasi yang menyeluruh. Disisi lain agar pembaca dapat memaknai konflik yang biasa terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
            Penulisan ini diharapkan dapat menjadi saran atau pesan yang bisa diambil manfaatnya dalam menghadapi sebuah konflik dalam organisasi sehingga organisasi yang ada dapat tetap hidup dengan jati dirinya untuk mencapai tujuan. Sebagai mahasiswa dan pembaca yang baik, semoga dapat membaca dan memahami tulisan ini. Hal tersebut juga merupakan bentuk partisipasi untuk bertoleran dan menerima kekurangan sifat yang berada satu lingkup bersama. Khususnya makalah ini baik dikonsumsi para kawula muda-mudi untuk menyelesaikan permasalahan di dalam organisasi. Yang berakibat menebalnya mental kita untuk ikut dalam memahami setiap manusia dengan segala keterbatasaanya.

I.C.      Ruang Lingkup

Banyak sekali bahasan mengenai konflik dalam organisasi. Namun tentunya tidak semua lingkup akan dibahas dalam makalah ini. Ada beberapa sub bab yang akan dijabarkan sebagai salah satu topik konflik dalam organisasi, antara lain adalah:
1. Apa itu konflik?
2. Apa jenis dan sumber konflik?
3. Bagaimana strategi penyelesaian konflik?
4. Apa saja teori motivasi?



BAB II
PEMBAHASAN

II.A.    Konflik

Konflik berasal dari kata kerja  configere yang artinya saling memukul. Dilihat dari sisi sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya. Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu. Hal itu lalu menimbulkan perbedaan yang menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya. Karena ciri-ciri individu dibawa dalam hal interaksi sosial, konflik merupakan hal yang wajar. Dalam kehidupan sehari-hari tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri.
            Selanjutnya, setiap konflik dalam organisasi konflik selalu diasosiasikan dengan antara lain, oposisi (lawan), kelangkaan, dan blokade. Di asumsikan pula bahwa ada dua pihak atau lebih yang tujuan atau kepentingannya tidak saling menunjang. Kita semua mengetahui pula bahwa sumber daya dana, daya reputasi, kekuasaan, dan lain-lain, dalam kehidupan dan dalam organisasi tersedianya terbatas. Setiap orang, setiap kelompok atau setiap unit dalam organisasi akan berusaha memperoleh sumber daya tersebut secukupnya dan kelangkaan tersebut akan mendorong perilaku yang bersifat menghalangi oleh setiap pihak yang punya kepentingan yang sama. Pihak-pihak tersebut kemudian bertindak sebagai oposisi terhadap satu sama lain. Bila ini terjadi, maka status dari situasi dapat disebut berada dalam kondisi konflik.
            Konflik tidak terkait dengan bagus atau jelek, konflik hanyalah fakta kehidupan. Yang pentong adalah bagaimana kita mengelola konflik. Tanpa pertentangan opini, tidak aka nada dorongan menuju perubahan, tidak ada kemajuan, tidak ada gerak maju. Mengelola konflik disuatu organisasi adalah keterampilan esensil.
            Konflik tidak selalu dimanifestasikan dalam perselisihan terbuka, teriakan atau tanda-tanda lain yang mudah kelihatan. Instuisi tanda akan memberi tahu anda jika sesuatu tidak beres. Prnahkan anda melihat seseorang memasuki ruangan dimana suatu insiden baru saja tejadidan  orang tersebut menggunakan jari-jarinya seperti gunting untuk mengisyaratkan bahwa suasananya begitu kental sehingga secara harfiah harus di potong.


II.B.    Jenis dan Sumber Konflik

Jenis Konflik
  1. Konflik antara atau dalam (intrapribadi), misalnya antara peranan-peranan dalam keluarga atau profesi (konflik peran (role)).
Misalnya saat seseorang menerima perintah yang berbeda dari dua atasannya. Atasan yang satu menyatakan harus menjaga jarak antar karyawan supaya kinerja tidak terganggu, sementara atasan yang lain meminta agar semua karyawan mengutamakan kerja tim, sehingga ia kesulitan menjalankan perannya.
  1. Konflik antara kelompok-kelompok sosial (antar keluarga, antar gank).
Misalnya tawuran yang terjadi antar sma 6 dan 70.
  1. Konflik kelompok terorganisir dan tidak terorganisir (polisi melawan massa).
Misalnya segerombolan pendemo di depan gedung dpr yang mengakibatkan timbulnya tawuran antar polisi yang bertugas keamanan di sana.
  1. Konflik antar satuan nasional (kampanye, perang saudara).
  2. Konflik antar atau tidak antar agama.
Misalnya kita sering mendengar perbedaan pendapat antar kelompok islam fpi dan muhammadiyah.
  1. Konflik antar politik.
Kubu anas dan kubu sby.

Sumber Konflik
  1. Faktor komunikasi
Misalnya pegawai lini memiliki wewenang dalam proses pengambilan keputusan sementara staff lebih pada memberikan rekomendasi atau saran. Sering pegawai lini merasa lebih penting, sementara staff merasa lebih ahli. Ujung-ujungnya miss understanding di kalangan pelaku organisasi karena informasi yang diterima kurang jelas atau bertentangan dengan tujuan yang sebenarnya.
  1. Faktor struktur tugas maupun struktur organisasi
Misalnya dalam hubungan kerja, bagian pemasaran ingin agar produknya cepat laku. Kalau perlu dijual murah dan dengan cara kredit. Sebaliknya, bagian keuangan menghendaki pembayaran harus tunai agar posisi keuangan perusahaan tetap stabil.
  1. Faktor yang bersifat personal
Misalnya di waktu yang sama, seseorang harus membuat pilihan menerima promosi jabatan yang sudah lama didambakan atau pindah tempat tugas ke tempat lain dengan iming-iming gaji yang besar.
  1. Faktor lingkungan
Misalnya seseorang yang harus menjual produk dengan harga tinggi, padahal dia sadar bahwa calon konsumennya membutuhkan keuangan untuk ongkos sekolahnya.

II.C.    Strategi Penyelesaian Konflik
  1. Kompetisi
Penyelesaian konflik yang menggambarkan satu pihak mengalahkan atau mengorbankan yang lain. Penyelesaian bentuk kompetisi dikenal dengan istilah win-lose orientation.
  1. Akomodasi
Penyelesaian konflik yang menggambarkan kompetisi bayangan cermin yang memberikan keseluruhannya penyelesaian pada pihak lain tanpa ada usaha memperjuangkan tujuannya sendiri. Proses tersebut adalah taktik perdamaian.
  1. Sharing
Suatu pendekatan penyelesaian kompromi antara dominasi kelompok dan kelompok lain untuk berdamai. Satu pihak memberi dan yang lain menerima sesuatu. Kedua kelompok berpikiran positif, dengan alasan yang tidak lengkap, tetapi memuaskan.
  1. Kolaborasi
Bentuk usaha penyelesaian konflik yang memuaskan kedua belah pihak. Usaha ini adalah pendekatan pemecahan problem (problem-solving approach) yang memerlukan integrasi dari kedua pihak.
  1. Penghindaran
Menyangkut ketidakpedulian dari kedua kelompok. Keadaaan ini menggambarkan penarikan kepentingan atau mengacuhkan kepentingan kelompok lain.

Terdapat juga cara bersikap untuk penyelesaian konflik:
1.    Bersikap proaktif
Setiap   anggota   tim  harus  turut  aktif dalam menyelesaian konflik secara proaktif.
2.    Komunikasi
Komunikasi yang lancar dapat menghindari  diri dari kesalahpahaman sehingga lebih mudah dalam menyelesaikan konflik yang timbul.
3.        Keterbukaan
Setiap  anggota  harus  terbuka supaya konflik tidak berlarut-larut dan dapat diselesaikan dengan baik. Dengan keterbukaan konflik yang terjadi dapat ditangani sehingga menjadi konflik yang fungsional.
 II.D.    Teori Motivasi
Motivasi adalah proses yang menjelaskan, arah, dan ketekunan seorang individu untuk mencapai tujuannya. Tiga elemen utama dalam definisi ini adalah intensitas, arah, dan ketekunan. Dalam hubungan antara motivasi dan intensitas, intensitas terkait dengan seberapa giat seseorang berusaha, tetapi intensitas tinggi tidak menghasilkan prestasi kerja yang memuaskan kecuali upaya tersebut dikaitkan dengan arah yang menguntungkan. Sebaliknya elemen yang terakhir, ketekunan, merupakan ukuran mengenai berapa lama seseorang dapat mempertahankan usahanya. Semua konlik adalah masalah, tetapi tidak semua masalah itu konflik. Sering kali kita berusaha menemukan solusi ketika kita belum memenuhi sesungguhnya penyebab permasalahan. Ini krena konflik didasari dari adanya emosi. Tidak ada satu jawaban pun yang mudah, dan kita perlu mendekati masalahnya, dengan pendekatkan type pemikiran yang lateral dan lebih kreatif.
            Memotivasi diri sendiri untuk mampu menjadikan sebuah masalah selesai adalah hal yang terpenting, salah satu contoh adalah yakin dan berfikir positive untuk bisa memecahkan suatu masalah di lingkungan organisasi guna menghindari perpecahan atau konklik yang semakin meluas. Adapun cara-cara yang digunakan untuk membuat suatu konflik datap tenang, yaitu :
1.    Brainstorming solusi
2.    Mengefakuasi akternatif suatu konflik
3.    Merancang pilihan
4.    Mengimplementasikan solusi
5.    Mencari umpan balik dan memantau hasil-hasil
Contoh tersebut adalah sebagian kecil dari suatu cara dalam memotivasi individu atau kelompok dalam memecahkan suatu masalah yang sedang membelit. Suatu masalah atau konlik tidak akan selesai jika semua anggota kelompok tidak dapat meng-singkronkan pikiran dan visi misi untuk mencapai kesejahteraan dalam sebuah tujuan organisasinya. Maka itu diperlukan juag sebuah mediasi guna mencapai kesejahteraan tersebut.
BAB III
PENUTUP

III.A.   Kesimpulan

Organisasi adalah suatu tempat di mana banyak orang berkumpul dan saling berinteraksi satu sama lain. Tetapi seiring berjalannya waktu, di dalam organisasi pasti pernah mengalami konflik. Konflik tidak muncul seketika dan langsung menjadi besar. Konflik itu berkembang secara bertahap.  Yang dibutuhkan bukan meredam konflik, tapi bagaimana menanganinya sehingga bisa membawa dampak yang tidak negatif bagi organisasi. Dan semua anggota bisa menjadikan konflik dalam organisasi sebagai sebuah pembelajaran dan bagian pertimbangan atas banyaknya pemikiran-pemikiran yang berbeda pada setiap anggota organisasi. Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu. Hal itu lalu menimbulkan perbedaan yang menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya.
Dari pembahasan yang telah disampaikan, maka dapat disimpulkan bahwa kehadiran konflik dalam suatu organisasi tidak dapat dihindarkan tetapi hanya dapat diminimalisir. Konflik dalam organisasi dapat terjadi antara individu dengan individu, baik individu pimpinan maupun individu karyawan, konflik individu dengan kelompok maupun konflik antara kelompok tertentu dengan kelompok yang lain. Tidak semua konflik merugikan organisasi. Konflik yang ditata dan dikendalikan dengan baik dapat berujung pada keuntungan organisasi sebagai suatu kesatuan, sebaliknya apabila konflik tidak ditangani dapat merugikan kepentingan organisasi. Yang terpenting adalah mengembangkan pengetahuan yang cukup dan sikap yang positif terhadap konflik, karena peran konflik yang tidak selalu negatif terhadap organisasi. Dengan pengembalian yang cukup senang, pimpinan dapat cepat mengenal, mengidentifikasi dan mengukur besarnya konflik serta akibatnya dengan sikap positif dan kemampuan kepemimpinannya, seorang pimpinan akan dapat mengendalikan konflik yang akan selalu ada, dan bila mungkin menggunakannya untuk keterbukaan organisasi dan anggota organisasi yang dipimpinnya. Tentu manfaatnya pun dapat dirasakan oleh dirinya sendiri. Penyeselaian dari konflik adalah dengan cara menimbulkan sikap dalam diri masing-masing, yaitu rasa saling menghormati, menghargai dan rasa toleransi yang bisa  menghindarkan kita dari permasalahan yang menyebabkan terjadinya suatu konflik.




III.B.   Saran

  1. Menanggapi konflik dengan kepala dingin, jangan emosi agar konflik dapat di selesaikan dengan baik.
  2. Meminimalisir ego pada sifat alami diri sendiri saat sedang ada dalam kelompok.
  3. Mengutamakan kepentingan bersama, jika mempunyai pendapat sosialisasikan bersama anggota kelompok yang lain.
  4. Motivasi rekan atau bawahan dengan apresiasi secara benar karena dukungan sangat penting dalam menyelesaikan masalah.
  5. Menghargai setiap pendapat yang disampaikan atau yang diutarakan.
  6. Selalu berfikir positif setiap ada masukan pendapat.
  7. Menyelesaikan setiap masalah yang timbul sampai tuntas.
  8. Menghindari konflik dengan berkomunikasi baik sesama anggota.
  9. Memanfaatkan setiap ide atau pendapat yang masuk.
  10. Keterbukaan pada setiap anggota kelompok harus ada agar dapat menyelesaikan konflik dengan baik dan tidak berlarut-larut.




Laacey, Hoda. (2003). How To Resolve Conlict In The Workplace. Jakarta : Gramedia

No comments:

Post a Comment