Sunday, November 9, 2014

Komunikasi Tulisan

BAB I
PENDAHULUAN

I.A.      Latar Belakang
Komunikasi tulisan adalah komunikasi yang dilakukan dengan perantaraan tulisan tanpa adanya pembicaraaan secara langsung dengan menngunakan bahasa yang singkat, jelas dan dapat dimengerti oleh penerima. Komunikasi tulisan dapat berupa surat- menyurat, sms, e-mail dan lain sebagainya.
Seperti hal nya komunikasi lisan, komunikasi tulisan ini juga berpengaruh dalam komunikasi antaran individu-individu, individu-kelompok, atau kelompok-kelompok yang berjauhan tempat. Komunikasi tulisan juga dapat memberikan eisien dan menghemat waktu tanpa perlu membuamg tenaga dan waktu dalam berkomunikasi kepada seseorang yang tempat dan domisilinya berjauhan.

I.B.      Maksud dan Tujuan
Maksud dari penulisan ini adalah untuk membagikan informasi kepada pembaca tentang uraian Komunikasi tulisan. Agar ke depannya kita sebagai anggota dari organisasi manapun, khususnya pembaca lebih memahami mengenai Komunikasi tulisan tersebut. Tujuan terpenting dari penulisan makalah ini ialah sebagai salah satu alternatif untuk lebih mendalami lagi arti dari sebuah komunikasi tulisan yang menyeluruh. Disisi lain agar pembaca dapat memaknai komunikasi yang biasa terjadi dalam kehidupan sehari-hari.

I.C.      Ruang Lingkup
Banyak sekali bahasan mengenai komunikasi tulisan. Namun tentunya tidak semua lingkup akan dibahas dalam makalah ini. Ada beberapa sub bab yang akan dijabarkan sebagai salah satu topik komunikasi tulisan, antara lain adalah:
1.    Apa itu komunikasi tulisan?
2.    Kelebihan dan kekurangan dari komunikasi tulisan?



BAB II
Pembahasan

II.A. Pengertian Komunikasi Tulisan
Komunikasi tertulis adalah membaca dan menulis. Kedua ragam komunikasi tertulis ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain, saling terkait erat. Seseorang membaca (sebut:pembaca) suatu teks (menerima dan memahami pesan tertulis) karena ada yang menulis. Sebaliknya, seseorang menulis (sebut:penulis) karena ingin menyampaikan ide, informasi, atau perasaannya kepada orang lain. Tulisannya itu berisi pesan yang akan dibaca baik oleh orang lain ataupun dirinya sendiri, seperti
buku harian.
Jika menulis merupakan proses penyampaian pesan secara tertulis maka membaca merupakan proses penerimaan pesan yang disampaikan secara tertulis oleh orang lain. Pemahaman atas makna pesan itu tidak hanya berasal dari apa yang tertulis dalam teks atau karangan itu saja, tetapi juga dari pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki pembaca. Dengan demikian, didalam proses membaca terjadi interaksi antara pembaca dengan teks atau karangan itu sendiri. Pemahaman yang dihasilkan dari interaksi tersebut dapat dikelompokkan atas tiga hal, yaitu :
Pemahaman literal, yaitu pemahaman terhadap hal-hal yang secara jelas atau eksplisit tersaji dalam teks. Pemahaman ini mempersyaratkan pengetahuan yang baik dari pembaca mengenai unsur-unsur bahasa serta makna yang dibawanya. Hal ini merupakan kemampuan awal yang harus dimiliki pembaca.
Pemahaman inferensial, yaitu pemahaman tentang apa yang tersirat dalam teks berupa maksud dan gagasan atau ide penulis. Untuk memperoleh jenis pemahaman ini pembaca dapat menggunakan pengetahuan yang dimilikinya.
Pemahaman kritis, yaitu pemahaman yang berasal dari membandingkan apa yang tersaji di dalam karangan dengan apa yang terjadi di luar itu. Untuk menguji kebenarannya, pembaca mungkin mengaitkannya dengan pa yang telah diketahuinya atau dia mencari informasi lain.
Atas dasar itu, semakin tahu kita tentang topik karangan, corak atau bentuk wacana, unsur dan cara berbahasa, serta strategi membaca, semakin efisien kita membaca. Inilah salah satu hal yang harus Anda latihkan kepada siswa untuk mempertinggi daya bacanya. Selain itu, hal lain yang dapat Anda perbuat untuk keperluan tersebut adalah melatih siswa agar dapat memiliki daya pemahaman bacaan yang baik. Jenis-jenis pemahaman di atas menyiratkan bahwa pertanyaan untuk mengukur daya pemahaman bacaan siswa handaknya menggambarkan pemahamanliteral, inferensial, dan kritis siswa
Dalam komunikasi tulisan kita mempunyai cukup waktu untuk merumuskan dan merancang pesan yang disampaikan. Pengertian komunikasi tulisan adalah :
Komunikasi tulisan adalah suatu proses penyampaian pesan komunikasi dengan menggunakan kata-kata dalam bentuk tulisan.

Komunikasi tertulis dilakukan baik antara individu dan bagian dalam struktur organisasi peusahaan maupun dengan pihak ketiga. Menurut Bovee dan Thill (1989) dalam penyampaian pesan secara tertulis, mempunyai keuntungan yang sangat besar yaitu :
a)    Adanya peluang untuk mengontrol pesan.
b)    Isi pesan yang disampaikan dapat memuat informasi yang sangat kompleks dan    memerlukan uraian sangat detail.
c)    Pesan yang disampaikan dapat didokumentasikan, sehingga dapat dimanfaatkan untuk rujukan pada masa mendatang.
d)    Pesan dapat disebabkan secara luas, ketika khalayak yang ingin dijangkau sangat besar dan terpisah secara geografis.

Komunikasi tertulis dapat dipilih bilamana :
1.    Pesan atau subjek yang ingin disampaikan cukup banyak dan komplek; perlu penjelasan panjang lebar suatu teknis; perlu visualisasi pesan dalam bentuk angka-angka, grafik, gambar, data statistik.
2.    Penerima pesan terpisah jarak jauh dengan pemberi pesan.
3.    Memerlukan laporan, data atau dokumen tertulis untuk arsip.
4.    Tidak dibutuhkan tanggapan cepat dari penerima pesan.
Menulis bisa jadi merupakan kegiatan yang sangat dekat dengan pekerjaan kita sehari-hari. Mulai dari urusan bisnis, pemerintahan, seni sastra sampai dunia akademik tak pernah lepas dari kegiatan tulis-menulis. Menulis menjadi keterampilan penting yang berguna dalam kegiatan sehari-hari.
Menulis dapat pula dianggap sebagai salah satu cara berkomunikasi. Misalnya, seorang sekretaris berkomunikasi dalam bentuk notulen, surat atau laporan hasil analisa. Penulis buku menyebarkan gagasan-gagasannya melalui buku-buku yang dia tulis. Seniman atau sastrawan menyampaikan pesan moral dan nilai kehidupan melalui puisi, novel maupun naskah drama. Bahkan kita menceritakan perasaan kita kepada diri kita sendiri dengan menuliskannya di buku harian.
Namun sebagai salah satu cara menyampaikan pesan, komunikasi tertulis memiliki keunikan tersendiri. Seperti dikatakan sebelumnya, komunikasi tertulis merupakan suatu keterampilan yang tentunya membutuhkan ketekunan dan latihan untuk menguasainya. Tak seperti halnya komunikasi lisan yang hampir setiap orang dapat menggunakan. Tentunya karena komunikasi lisan diajarkan sejak manusia dilahirkan.
Tulisan berikut mencoba memberikan gambaran mengenai tradisi komunikasi dalam bentuk tulisan. Selanjutnya akan dipaparkan pula kelebihan dan kekurangan dari penggunaan tulisan dalam proses komunikasi.
Awalnya, budaya tulis hanya digunakan oleh kalangan penguasa, pemimpin agama dan cendekia. Isi tulisan mereka pun berupa undang-undang, ajaran suci atau sesuatu yang dianggap memiliki nilai kemuliaan dalam masyarakat. Tidak sembarang pesan atau gagasan bisa dituangkan melalui tulisan (Suseno, 1997:17). Hal ini terjadi karena pada masa itu tidak setiap orang memiliki keterampilan menulis di samping budaya lisan yang masih dominan dalam masyarakat.
Adalah bangsa-bangsa Sumeria, Babil, Asiria dan lain-lain di Timur Tengah yang diyakini sebagai pengguna tulisan paling awal yakni sekitar 3000 SM. Mereka menuliskan undang-undang serta maklumat raja yang harus dipatuhi oleh rakyat di lempengan batu. Selanjutnya, sekitar tahun 300 SM bangsa Romawi mulai menggunakan lembaran kulit binatang untuk mencatat perniagaan mereka (mungkin inilah cikal bakal dari ilmu akuntansi). Sedangkan di Cina, tulisan digunakan untuk menyebarkan ajaran dan kepercayaan dalam masyarakat. Pun tak jauh beda dengan apa yang dilakukan para filsuf Yunani. Sebagian besar dari mereka menggunakan lempengan batu, kulit binatang maupun daun papyrus untuk menulis.
II.B. Kelebihan komunikasi tulis
Secara historis, komunikasi tertulis memiliki arti penting bagi sejarah peradaban manusia. Tulisan merupakan titik awal sejarah manusia. Dengan kata lain, manusia dapat dikatakan memasuki zaman sejarah ketika mereka telah mengenal tulisan. Selain itu, komunikasi tertulis memiliki fungsi dokumentasi dan transformasi budaya.
Dibandingkan dengan komunikasi lisan, komunikasi tertulis memiliki beberapa kelebihan. Pertama, komunikasi tertulis lebih tahan lama. Artinya, komunikasi tertulis memiliki bentuk fisik baik berupa kertas, kulit binatang maupun prasasti batu. Sedangkan komunikasi lisan tidak memiliki bentuk fisik. Kita tidak tahu kemana perginya kata atau kalimat setelah diucapkan.
Sebagaimana disebutkan sebelumnya, bahwa komunikasi tertulis memiliki fungsi dokumentasi. Sehingga pesan atau informasi yang terkandung di dalamnya bisa tersampaikan meski pemberi pesan sendiri sudah meninggal. Sebagai contoh, pemikiran-pemikiran Plato, Aristoteles dan filsuf lainnya hingga kini masih bisa kita terima karena mereka memahatkan ajaran mereka pada lempengan-lempengan batu. Meski jasad Karl Marx, Darwin, Max Weber sudah hancur dalam tanah, kita dan generasi sesudah kita masih bisa menerima informasi tentang pemikiran mereka selama perpustakaan menyimpan buku-buku karya mereka. Bukti lain yang tak kalah penting adalah bahwa kita masih bisa meneruskan tradisi dan ajaran agama karena adanya kitab-kitab suci. Semua agama besar di dunia pasti memiliki kitab suci. Di sini kita bisa melihat bahwa kitab suci agama merupakan sarana komunikasi tertulis yang memuat seperangkat aturan, cerita masa lalu, ancaman, kabar gembira tentang masa depan yang semuanya bertujuan melestarikan dan mempertahankan tradisi (Suseno, 1997:17).
Kedua, komunikasi tertulis berlangsung secara massive dan dinamis. Berkat jasa Gutenberg, informasi dapat diproduksi secara massal dengan biaya yang lebih murah. Sehingga informasi dapat tersebar dengan cepat dan mudah. Suseno (1997:27) menyebutkan bahwa keberhasilan Reformasi Gereja Martin Luther di Jerman salah satunya dengan menggunakan sarana pencetakan. Mereka melemparkan gagasan dan argumen melalui selebaran yang mereka sebar. Dikatakan pula bahwa jika sebelumnya pikiran orang hanya dapat dipengaruhi melalui orasi (yang terbatas pada beberapa ratus orang dan diucapkan sekali saja serta dengan mudah dikontrol), kini pikiran orang dapat dipengaruhi melalui leaflet, buku dan media cetak lain yang dapat dibaca dan didiskusikan berulang-ulang dengan angota masyarakat lain.
Ketiga, komunikasi tertulis relatif lebih terstruktur dan terencana. Sebagai sebuah tindakan strategis (Littlejohn, 2002:13), komunikasi lebih bisa direncanakan dan disusun ketika disampaikan melalui media tulisan. Komunikator dapat menyusun pesan, menggunakan kata-kata pilihan, memilih topik tertentu dan memperkirakan respon dari audience. Sehingga proses komunikasi bisa dievaluasi dan dikembangkan.
Keempat, ketika kita tidak memahami sesuatu hal dari apa yang kita baca atau kita menemui kata asing, kita bisa mengulangi beberapa paragraf sebelumnya, menggunakan kamus atau bertanya kepada seseorang untuk memahaminya. Berbeda dengan komunikasi lisan yang berlangsung hanya sekali, kita tentu tak bisa serta merta meminta pembicara untuk mengulangi kalimat yang tidak kita pahami.
II.C. Kelemahan komunikasi tertulis
Sebagai bagian dari komunikasi verbal, komunikasi tertulis tak bisa lepas dari penggunaan bahasa sebagai sarana bertukar makna. Oleh karena itu, kelemahan unsur kebahasaan dalam proses komunikasi tentunya menjadi kelemahan dari komunikasi tertulis.
Meski bahasa merupakan unsur yang sering kita gunakan dalam komunikasi sehari-hari, bahasa memiliki sejumlah keterbatasan. Menguraikan keterbatasan bahasa sebagai sarana komunikasi. Pertama, keterbatasan jumlah kata yang tersedia untuk mewakili objek atau perasaan. Tidak semua benda, peristiwa, perasaan dapat diwakili oleh kata yang berbeda. Suatu kata hanya mewakili realitas, tetapi bukan merupakan realitas itu sendiri. Kata hanya bisa mewakili sebagian dari realitas, bukan keseluruhan realitas. Keterbatasan bahasa dalam mewakili realitas tampak pada penggunaan kata sifat. Kata sifat cenderung dikotomis, maksudnya membagi sesuatu hanya dalam dua kategori, semisal kaya-miskin, bahagia-sengsara, pandai-bodoh, baik-buruk dan lain sebagainya. Namun perlu disadari bahwa realitas sesungguhnya tidaklah sekaku itu. Kita tidak bisa memvonis bahwa kalau tidak hitam berarti putih atau sebaliknya. Antara warna hitam dan putih terdapat puluhan bahkan ratusan warna abu-abu yang pasti beda. Seringkali agar kata yang kita ungkapkan lebih tepat, kita menggunakan tambahan ‘agak’ atau ‘sangat’.
Untuk mengukur makna yang lebih akurat, Charles E. Osgood, George Suci dan Percy Tannenbaum merancang suatu instrumen yang disebut Semantic Differential. Mereka mengukur makna suatu konsep dalam skala 1 sampai 7. dalam hal ini 1 menunjukkan kecenderungan negative sedang angka 7 menunjukkan kecenderungan positif (Mulyana,2002:246).
Kedua, kata bersifat ambigu dan kontekstual. Setiap kata (meskipun sama) berpotensi untuk dimaknai secara berbeda oleh orang yang berbeda. Perbedaan makna tersebut dipengaruhi oleh latar belakang tiap orang yang tentunya berbeda. Pemaknaan kata juga perlu memperhatikan konteks kalimatnya.
Disamping kelemahan-kelemahan bahasa dalam komunikasi tertulis tersebut, Beebe and Beebe (1997:257) menyebutkan kelemahan dari komunikasi tertulis adalah hubungan antarpartisipan komunikasi berjarak. Komunikator tidak bisa merinteraksi dengan audien secara langsung, melihat perubahan sikap yang terjadi atau merespon sikap audien. Sehingga feedback dalam proses komunikasi tersebut bersifat tidak langsung dan tertunda (no immediate interaction). Sedang dalam komunikasi lisan, hubungan pembicara dengan audien berlangsung akrab, hangat dan lebih personal.
Komunikasi tertulis bersifat lebih formal daripada komunikasi lisan. Dalam komunikasi tertulis kita terikat dengan konsep atau aturan ejaan tertentu untuk memenuhi syarat sebagai komunikasi tertulis yang baik. Kita harus memperhatikan struktur kalimat yang njelimet agar bisa dipahami oleh pembaca. Sedangkan dalam komunikasi lisan pembicara bisa memakai kalimat-kalimat pendek tanpa harus mematuhi aturan kalimat yang baik dengan alasan efisien.
Akhirnya, media apapun yang kita gunakan berkomunikasi tidaklah menjadi pokok persoalan. Toh tersedia banyak banyak cara, saluran yang bisa kita pakai untuk berkomunikasi. Kita pun bisa mengkombinasikan berbagai cara untuk mencapai tujuan kita berkomunikasi.
Namun setidaknya, dengan mengetahui kelebihan dan kelemahan dari komunikasi tertulis kita tergerak untuk mengasah keterampilan kita dalam menggunakan pena sebagai senjata yang katanya lebih tajam dari pedang. Selamat menulis.






BAB III
PENUTUP

III.A. KESIMPULAN
Komunikasi dirumuskan sebagai suatu proses penyampaian pesan atau berita ke beberapa orang. Dikarenakan komunikasi melibatkan seorang pengirim dan menerima pesan yang mungkin juga memberikan umpan balikuntuk menyatakan bahwa pesan telah diterima.
Komunikasi sangat penting dalam kehidupan manusia karena manusia adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain. Dalam berkomunikasi seseorang harus memiliki dasar yang akan menjadi patokan seseorang tersebut dalam berkomunikasi. Dalam proses komunikasi kita juga harus ingat bahwa terdapat banyak hambatan-hambatan dalam berkomunikasi.
Tujuan komunikasi adalah berhubungan dan mengajak dengan orang lain untuk mengerti apa yang kita sampaikan dalam mencapai tujuan. Keterampilan berkomunikasi diperlukan dalam bekerja sama dengan orang lain. Ada dua jenis komunikasi, yaitu verbal dan non verbal, komunikasi verbal atau tertulis dan komunikasi non verbal atau bahasa(gerak) tubuh.Komunikasi dua arah terjadi bila pengiriman pesan dilakukan dan mendapatkan umpan




Beebe, Steven A. dan Susan J. Beebe. 1997. Public Speaking: An Audience-centered Approach. USA: Allyn And Bacon.
http://all-about-theory.blogspot.com/2010/10/pengertian-komunikasi-tulisan.html


No comments:

Post a Comment